Sebagian blogger pasti sudah banyak mengulas bagaimana bagus negara ini. Cantiknya, bersihnya, teraturnya. Tapi pernah kalian terbayang jika negara ini juga sering kali membuat siapa pun patah hati? Liburan harusnya menjadi hal paling membahagiakan, tapi siapa sangka kalo saya bahkan menangis lebih sering sejak pertama kali datang. Hahahaaaa. Tidak masuk akal bukan? Mari saya ceritakan bagaimana bisa negara ini membuat patah hati. (Tulisan ini gak bermaksud untuk drama, atau mencari perhatian. Hanya ingin memberikan sisi lain, bahwa foto-foto liburan yang selama ini dilihat di Instagram itu hanya sekian persen dari banyak hal-hal tidak menyenangkan yang tidak diceritakan, salah satunya kisah saya ini).
Pertama.
Ferris Wheel terbesar di dunia menjadi saksi bagaimana hati saya hancur. Mendung di langit Yokohama kala itu seakan menegaskan bahwa patah hati memang sedang terjadi. Sepele sih.
“Ibu mau foto disini, mana jaketnya” beliau berkata pada adik saya.
“Tuh, gini nih yang yang bikin lama, habis ini udah yaa? Keburu mendung”. Jawab adik saya males-malesan.
Saya yang mendengar itu di belakang mereka, langsung ambyar. Padahal dari bawah, spot foto dengan background bianglala itu sangat bagus! Bukan berfoto dari samping diatas jembatan! hhhhhhhhh.
Bagi saya melihat biang lala sebesar dan semegah itu untuk pertama kali, mustahil saya tidak jatuh cinta. Saya kagum di detik pertama kami tiba di dermaga. Bayangan menaki salah satu gondola dengan backsound No Other atau Believe Super Junior mengalun. Apa daya, bayangan tinggal bayangan. Hingga hari terakhir di Jepang, saya tidak punya kesempatan menaikinnya. Batin saya saat itu, kita sebenarnya mau kemana. Tujuannya melihat apa? Kapal pesiar bersandar? Bangunan kuno? Apa?????
Next
Hari berikutnya kami ke Odaiba, Theme Park terkenal dengan patung Liberty, dan ada raksasa Gundam juga. Kami tiba saat hari menjelang senja. Di tempat ini, saya pun menangis untuk yang kedua kali.
Tak bisakah kita diam sejenak? Menikmati sapaan angin ditepian teluk Tokyo ini? Mengapa kita diburu waktu? Mengapa setergesa itu? Bukankan berfoto dibawah gedung Fuji Television yang besar ini menarik?
Kali ini, ku tinggalkan Odaiba dengan penuh sesal. Coba punya banyak waktu. Pasti lebih menyenangkan bisa berlama-lama disini.
Meski banyak tangis, tapi saya juga bahagia saat berkunjung ke Museum Doreamon. Mata saya berbinar-binar. Meski terbilang kecil tapi bisa mengobati jiwa anak-anak yang rindu tayangan kartun di TV.Ā (Jika ingin ke Museum Doraemon, kalian harus menuju stasiun Shinjuku, karena hanya dari sana transport bus itu ada. Kecuali kalo memilih naik mobil/taksi yaa)
Di Jepang pula, saya akhirnya membeli album Super Junior. sssssttttttt ini rahasia kita berdua aja yaaa, soalnya orang tua ga tau kalo saya beli album, bisa dinasehatin panjang lebar, kali tinggi untuk tau volume bak mandi. Untuk gak menghambur-hamburkan uang Yen.
Saya kira, Shinobuko adalah tempat menjual album K-Pop. Ternyata saya keliru! Iya sih mereka jual, tapi bajakan. Karena hanya menjual video kompilasi yang bahkan mudah ditemui di YouTube. Saya jadi tidak begitu tertarik dan hanya membeli beberapa merch seperti kipas, map, dan photocard member. Lalu kemana saya harus mencari album? Tak mungkin disini tidak menjual, karena negara mereka kan bertetangga dekat. Setelah saya googling, saya baru tau jika yang menjual album K-Pop ada di Tower Record. Alhamdulillah, mereka mau mengantar dan menemani, meski hanya saya yang masuk ke dalam untuk melihat-lihat.
Puncak dari kelelahan ini berakhir di Kyoto. Kaki saya bengkak mirip ubi.
Tapi siapa peduli?
10 hari di Tokyo bener-benar melelahkan. Singkat, padat, lelah. Jika saya mengeluh sekali saja kalo saya sudah sangat letih berjalan, saya akan menerima omelan. “Baru gini aja capek. Jarang olahraga sih” padahal mau nafas aja susah. Kaki pegal ga karuan. Tidak ada istirahat. Harus berlarian dari stasiun 1 ke stasiun lain. Berganti kereta. Pindah peron. Tak bisakah kita berhenti sebentar untuk minum?
Janji saya jika akan ke Jepang lagi, pastikan teman perjalananmu paham benar kondisi fisik mu, mau mengerti, sabar, tidak tergesa. Mau menunggu mu bahkan untuk sekedar minum air. Oh yaa dan satu lagi, ga akan marah kalo kamu mau naik Ferris Wheel š¤š¤. Dan yaa, yang tak kalah penting, sama-sama tau tujuan yang akan dituju. Satu frekuensi. Sama-sama senang ke tempat hiburan/wisata, bukan sekedar wisata sejarah.
Disney Land, tunggu aku yaaa. Saranghee šāāļøšāāļø
(BERSAMBUNG)